Penulis: Iksan Nur Hidayat, S.Kom (Laboran Matematika)
Dalam ajaran Islam, shalat dianggap sebagai salah satu rukun Islam yang paling penting dan merupakan ibadah wajib yang harus dilakukan oleh setiap Muslim lima kali sehari. Tidak hanya itu, shalat juga memiliki kedudukan istimewa dalam kaitannya dengan hisab (perhitungan amal) di Hari Kiamat. Hadis Nabi Muhammad ﷺ menyebutkan bahwa shalat adalah amal pertama yang akan dihisab (diperhitungkan) di Hari Kiamat. Hal ini menandakan betapa besar peran dan nilai shalat dalam kehidupan seorang Muslim.
Hadis tentang Shalat sebagai Amal Pertama yang Dihisab
Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amal pertama yang akan dihisab dari seorang hamba pada Hari Kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya. Jika shalatnya rusak, maka rusak pula seluruh amalnya.”
— (HR. Tirmidzi dan An-Nasa’i)
Hadis ini menjelaskan bahwa kualitas shalat seseorang memiliki pengaruh langsung terhadap penilaian amal-amal lainnya. Dengan kata lain, shalat merupakan tolok ukur keseluruhan amal seorang Muslim.
1. Shalat sebagai Penghubung Langsung dengan Allah
Shalat adalah ibadah yang langsung menghubungkan seorang Muslim dengan Allah. Tidak ada perantara antara hamba dan Tuhannya dalam ibadah ini. Oleh karena itu, shalat menjadi ibadah yang paling penting dan pertama kali diperiksa di Hari Kiamat. Dalam shalat, seorang Muslim menghadap Allah, memohon ampunan, berzikir, dan menunjukkan ketaatan serta kepatuhan sepenuhnya kepada-Nya. Hal ini membuat shalat sebagai wujud paling murni dari ibadah yang menguatkan ikatan spiritual antara hamba dan Tuhan.
2. Shalat sebagai Tiang Agama
Dalam Islam, shalat sering disebut sebagai “tiang agama” (عماد الدين, ‘imad al-din). Nabi Muhammad ﷺ menggambarkan bahwa agama Islam akan runtuh jika tiang ini tidak ditegakkan. Jika seorang Muslim menjaga shalatnya, berarti dia menjaga agama dan keimanannya. Dengan kata lain, jika seseorang tidak melaksanakan shalat, maka keimanannya akan goyah. Karena pentingnya fungsi ini, tidak mengherankan bahwa shalat menjadi amal pertama yang dihisab di Hari Kiamat.
3. Shalat sebagai Bentuk Ketaatan yang Konsisten
Shalat lima waktu adalah ibadah yang dilakukan secara rutin dan konsisten sepanjang hidup seorang Muslim. Kewajiban ini dimulai sejak baligh dan berlangsung hingga akhir hayat. Oleh karena itu, shalat menjadi indikator yang paling jelas mengenai seberapa baik seorang Muslim menjalankan kewajibannya terhadap Allah secara terus-menerus. Hisab atas shalat mencerminkan komitmen seseorang dalam menunaikan perintah Allah secara konsisten setiap hari.
4. Pengaruh Shalat terhadap Amal Lain
Shalat tidak hanya berdampak pada hubungan langsung seorang Muslim dengan Allah, tetapi juga memengaruhi akhlak dan perbuatan sehari-hari. Al-Qur’an menyebutkan bahwa shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar:
“Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar…”
— (QS. Al-Ankabut: 45)
Shalat yang dilaksanakan dengan khusyuk akan membentuk kepribadian seorang Muslim, menjaga dirinya dari perbuatan dosa, serta meningkatkan kesadaran spiritual. Oleh karena itu, jika shalat seseorang baik, maka perilaku dan amal lainnya juga akan terpengaruh positif, dan ini menjadi dasar mengapa shalat diperiksa pertama kali di Hari Kiamat.
5. Hisab Shalat sebagai Awal Penentuan Nasib di Akhirat
Karena shalat adalah amal pertama yang dihisab, hal ini juga memiliki konsekuensi besar bagi nasib seorang Muslim di akhirat. Jika shalatnya diterima, maka ada harapan besar bahwa amal-amal lainnya juga akan diterima. Sebaliknya, jika shalatnya ditolak, amal lainnya bisa jadi mengalami hal yang sama. Oleh karena itu, shalat menjadi ukuran utama dalam hisab amal di akhirat.
6. Makna Spiritualitas di Balik Hisab Shalat
Shalat mengandung dimensi spiritual yang mendalam, yang melibatkan perasaan tunduk dan ketergantungan penuh kepada Allah. Shalat bukan sekadar rutinitas harian, tetapi juga merupakan sarana untuk mendidik jiwa, menumbuhkan kerendahan hati, dan menguatkan kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, perhitungan shalat di Hari Kiamat juga menjadi cerminan dari sejauh mana seseorang telah menjaga hubungan spiritualnya dengan Allah selama hidup di dunia.