Ibadah Sesuai Tarjih: Prinsip dan Praktik dalam Kehidupan Sehari-hari
Penulis : Iksan Nur Hidayat, S.Kom (Laboran Matematika)
Ibadah dalam Islam adalah tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam praktik ibadah, ada prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan agar ibadah tersebut sesuai dengan ajaran yang benar. Salah satu pendekatan yang digunakan oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia, terutama yang berafiliasi dengan Muhammadiyah, adalah tarjih. Tarjih merupakan metode pengambilan keputusan dan penentuan hukum dalam agama yang didasarkan pada Al-Qur’an, Hadis, dan ijtihad para ulama.
Apa itu Tarjih?
Tarjih berasal dari bahasa Arab yang berarti “mengutamakan” atau “memberikan prioritas.” Dalam konteks ibadah, tarjih mengacu pada metode untuk menentukan mana yang lebih kuat atau lebih benar berdasarkan sumber-sumber Islam yang ada. Pendekatan ini berusaha untuk menjelaskan suatu masalah atau hukum dengan memprioritaskan dalil yang paling kuat. Tarjih seringkali digunakan dalam konteks fatwa, perbedaan pendapat, atau dalam mengatasi masalah yang muncul dalam praktik ibadah.
Prinsip-prinsip Tarjih dalam Ibadah
- Berpegang pada Al-Qur’an dan Hadis: Sumber utama dalam menentukan hukum ibadah adalah Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad ﷺ. Setiap amalan yang dilakukan harus berdasarkan dua sumber ini, dan jika ada perbedaan pendapat, ulama berusaha untuk mengutamakan yang lebih kuat berdasarkan dalil yang ada.
- Ijtihad Ulama: Jika suatu masalah tidak terdapat dalam Al-Qur’an atau Hadis, maka ijtihad (penafsiran) para ulama menjadi penting. Dalam konteks ini, tarjih digunakan untuk memilih pendapat ulama yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan kebutuhan masyarakat.
- Konteks dan Situasi: Tarjih juga memperhatikan konteks dan situasi masyarakat. Hukum yang diambil harus relevan dengan kondisi sosial dan budaya yang ada, sehingga dapat diterima dan dilaksanakan oleh umat.
- Mengutamakan Kemaslahatan: Ibadah yang dipilih harus memberikan manfaat dan kemaslahatan bagi umat. Dalam hal ini, prinsip maqasid syariah (tujuan-tujuan syariah) sangat penting, yaitu untuk menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Contoh Penerapan Tarjih dalam Ibadah
- Shalat: Dalam pelaksanaan shalat, ada banyak perbedaan pendapat mengenai tata cara tertentu. Misalnya, mengenai mengangkat tangan saat takbir. Pendapat yang lebih kuat dan diterima dalam tarjih adalah mengikuti sunnah Nabi yang menunjukkan bahwa mengangkat tangan saat takbir adalah bagian dari shalat.
- Puasa: Dalam menentukan awal bulan Ramadan, ada perbedaan antara melihat hilal (bulan sabit) dan menggunakan perhitungan ilmiah. Metode tarjih cenderung mengutamakan kesepakatan ulama untuk mengikuti metode yang sudah diterima secara umum di masyarakat, yaitu melihat hilal.
- Zakat: Dalam mengeluarkan zakat, ada perbedaan pendapat tentang siapa yang berhak menerima zakat. Pendekatan tarjih dalam hal ini menekankan pentingnya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan memastikan bahwa zakat diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan.
- Haji: Dalam pelaksanaan ibadah haji, terdapat banyak aspek yang perlu diperhatikan, seperti tata cara tawaf dan sa’i. Tarjih digunakan untuk menekankan pentingnya mengikuti sunnah Nabi dalam setiap aspek pelaksanaan ibadah haji.
Pentingnya Tarjih dalam Kehidupan Sehari-hari
Penerapan prinsip tarjih dalam ibadah sangat penting untuk memberikan arah dan pedoman yang jelas dalam praktik keagamaan. Dengan mengikuti metode ini, umat Islam dapat menjalankan ibadah dengan lebih baik, memahami makna di balik setiap amalan, dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Allah SWT.
Tarjih juga berperan dalam menciptakan kesatuan dalam umat, karena dengan mengikuti prinsip-prinsip yang sama, umat Islam dapat bersatu dalam melaksanakan ibadah, meskipun terdapat perbedaan pendapat. Hal ini membantu menghindari konflik dan memelihara harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.